Peristiwa
Proses Evakuasi Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Resmi Dihentikan
![Evakuasi korban reruntuhan Ponpes Al Khoziny [bisnis]](https://www.bindo.id/wp-content/uploads/2025/10/Evakuasi-Korban-Reruntuhan-Ponpes-Al-Khoziny-892320ea.jpg)
Sidoarjo, Bindo.id – Operasi pencarian korban reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khozini di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur resmi ditutup Tim SAR Gabungan pada Selasa (7/10/2025).
Setelah 9 hari mengadakan proses pencarian secara intensif, Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo menyebutkan bahwa hari Selasa jadi penyisiran terakhir di area yang saat ini sudah rata dengan tanah.
“Penyisiran kembali kami melakukan hari ini, sekali lagi di area yang sudah rata dengan tanah. Harapan kami tidak ada lagi korban yang tertinggal,” tutur Yudhi Bramantyo saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Ia menuturkan penemuan korban terakhir yakni pada Senin (6/10/2025) pada malam pukul 21.03 WIB. Korban ditemukan berupa satu potongan tubuh dan langsung dikirim ke tim DVI Polri untuk dilakukan proses identifikasi lanjutan.
Selanjutnya tak lagi ditemukan ada tanda-tanda korban lain di lokasi. Usai operasi pencarian ini resmi ditutup, berikut ini sejumlah fakta runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo :
1. Penyebab Ambruknya Bangunan
Ambruknya bangunan mushola Ponpes Al Khoziny, penyebabnya telah diungkapkan langsung pengasuh Ponpes.
Bangunan mushola Ponpes Al Khoziny ambruk dan menewaskan puluhan santri ini diduga disebabkan tahap pembangunan.
“Ini tahap pengecoran yang terakhir saja, itu jebol. Ya hanya itu,” tutur pengasuh Ponpes Al Khoziny, KH Abdus Salah Mujib, Senin (29/9/2025).
Kata Abdus Salam, proses pembangunan Mushola ini sudah berlangsung selama 9 bulan.
“Sudah lama, sudah 9 bulan. Kurang lebih sembilan sampai sepuluh bulan,” ujarnya.
Bangunan itu terdiri dari 3 lantai, ditambah ada dek pada bagian paling atas. Pengecoran dilakukan pada bagian paling atas atau dek itu.
“Mungkin sudah selesai atau bagaimana nggak tahu. Soalnya ngecor mulai dari pagi. Saya kira ngecornya mungkin hanya 4 jam, 5 jam selesai. Mungkin jam 12 sudah selesai,” ujarnya.
2. Kendala Saat Proses Evakuasi
Korban Penanganan darurat bencana selama proses evakuasi korban tetap fokus mencari dan melakukan evakuasi pada jenazah korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
“Penanganan darurat tetap difokuskan untuk mencari dan evakuasi jenazah korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan. Upaya pencarian melalui kombinasi metode manual dan dukungan peralatan berat,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto saat berada di lokasi evakuasi.
Ia menuturkan proses evakuasi tak kekurangan personel sebab hadir ratusan personel dan 3 pembagian waktu pekerjaan secara profesional.
Sementara jenazah korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa posko DVI (Disaster Victim Identification) walaupun menghadapi berbagai kendala sebab kondisi yang dialami korban.
“Proses DVI di mushola Al Khoziny menghadapi kendala karena sebagian besar korban masih berusia anak-anak dan remaja sehingga belum memiliki KTP atau dokumen identitas resmi,” tutur Suharyanto.
“Tim identifikasi banyak berpatokan pada data sekunder seperti ijazah, catatan sidik jari dari dokumen pendidikan, hingga pakaian terakhir yang dikenakan korban,” lanjutnya.
Tim juga memakai metode pencocokan forensik, termasuk juga pemeriksaan DNA apabila dibutuhkan untuk pasyikan akurasi identitas.
Deputi Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan menuturkan pihaknya ada kendala saat proses melakukan evakuasi korban.
Sebab korban banyak yang terjebak di lantai bawah, sehingga butuh waktu untuk melakukan evakuasi. BNPB juga tak bisa mengerahkan banyak alat berat sebab lokasi kejadian sulit digapai.
“Para korban terjebak di lantai bawah, sehingga perlu waktu. Ada kesulitan kita dimana kita tidak bisa mengerahkan banyak alat berat dikarenakan lokasi ini manuvernya sangat sempit. Jadi hanya ada dua alat berat yang bisa beroperasi,” tuturŕ Mayjen Budi Irawan.
Tentunya tim sangat berhati-hati saat melakukan evakuasi korban sebab ada bagian mushola yang masih tersambung dengan bangunan yang ada di sebelahnya.
“Selain itu kami memakai prinsip kehati-hatian terkait sambungan dengan bangunan yang disebelah. Apabila kita agak ceroboh, maka ada kemungkinan bangunan yang disebelah bisa mengalami kerusakan,” ujarnya.
3. Jumlah Korban Terakhir
Setidaknya ada 171 korban yang telah berhasil dievakuasi dalam peristiwa ini. Mereka terdiri dari 104 orang selamat serta 67 orang meninggal dunia, termasuk 8 potongan tubuh yang ditemukan terpisah.
BNPB yakin potongan yang ditemukan di reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo milik 2 orang jenazah.
Namun sampai saat ini potongan itu masih belum diketahui identitas jenazahnya. Tim DVI masih berupaya untuk melakukan identifikasi potongan tubuh itu. Area ponpes yang ambruk saat ini sudah hampir rata dengan tanah. Tim evakuasi juga telah membersihkan puing.
Kata Budi Irawan, tak menutup kemungkinan ada jenazah lain. Pasalnya tim SAR Gabungan masih terus mengadakan proses evakuasi
Ikuti berita terkini dari BINDO di
YouTube, dan Dailymotion