Ekonomi
Zulhas Ungkap Penyebab Kelapa Jadi Mahal Dan Langka
![Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) [voi]](https://www.bindo.id/wp-content/uploads/2025/05/Menteri-Koordinator-Bidang-Pangan-Zulkifli-Hasan-b10b6851.jpg)
Jakarta, Bindo.id – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan penyebab langka serta mahalnya harga kelapa yang terjadi saat ini.
Dia mengatakan penyebab mahal dan langkanya kelapa di pasaran disebabkan di China pengolahan kelapa menjadi susu.
“Kelapa sekarang langka, karena kelapa sama teman-teman dari Tiongkok (China) diolah jadi susu,” tutur Zulkifli ketika memberi sambutan di acara World of Coffee Jakarta, Kamis (15/5/2025).
“Jadi di Tiongkok sekarang orang minum kopi bukan pakai susu, tapi pakai santan kelapa. Jadi kelapa mahal sekarang,” ujarnya.
Kata Zulkifli, saat ini pemerintah Indonesia tak hanya fokus pada pengembangan pangan pokok seperti gabah dan jagung.
Akan tetapi, pemerintah mulai konsentrasi pada pangan hasil perkebunan seperti kopi dan coklat sebab harganya menguntungkan.
“Sekarang kita konsen terhadap juga perkebunan yang sangat menguntungkan seperti kopi, coklat harganya bagus sekali sekarang. Kopi, coklat. Dan juga satu lagi kelapa,” ujarnya.
Sebelumnya, harga kelapa yang dijual di sejumlah pasar tradisional mengalami lonjakan drastis. Kondisi ini tak hanya berimbas pada pembeli, namun juga pedagang kelapa yang mengaku mengalami penurunan jumlah penjualan.
Agus (60), pedagang kelapa di Pasar Paseban, Senen, Jakarta Pusat, menyampaikan harga kelapa saat ini ada kenaikan lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan sebelumnya.
“Dulu kelapa Rp 10.000-an. Sekarang bisa sampai Rp 25.000. Setelah Lebaran malah makin naik,” tutur Agus, Rabu (23/4/2025).
Di Pasar Tambun, Bekasi juga terjadi kenaikan harga kelapa. Seorang distributor kelapa parut di Pasar Tambun, Juari (41), menyatakan kenaikan harga kelapa sudah terjadi sejak sebelum Ramadhan.
Saat itu, harga eceran kelapa parut mengalami kenaikan dari Rp 5.000 menjadi Rp 10.000 sampai Rp 12.000 per butir.
“Harga terus naik. Sekarang kelapa ukuran kecil dijual Rp 15.000, sedangkan ukuran besar bisa mencapai Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per butir,” ucap Juari ketika ditemui di Pasar Tambun, Rabu (23/4/2025).
Juari menduga kenaikan harga ini dikarenakan meningkatnya permintaan ekspor kelapa parut ke Thailand.
Hal ini menyebabkan petani menerapkan harga jual yang sama, baik untuk pasar ekspor ataupun dalam negeri.
“Jadi sekarang harga kelapa ikut harga ekspor. Petani menjual ke kami dengan harga yang sama seperti untuk ekspor,” tuturnya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan penyebab harga kelapa di pasaran mahal sebab saat ini kelapa banyak diekspor ke negara lain.
Sehingga suplai kepala di pasar-pasar tradisional jadi kekurangan.
“Sehingga menyebabkan kenaikan harga dan konsumen rumah tangga menjadi korban atas kenaikan harga tersebut,” ujar Agus dikutip dari siaran pers Kemenperin, Rabu (30/4/2025).
Agus mengatakan selama ini kelapa Indonesia lebih cenderung diekspor berupa kelapa bulat sebab belum ada regulasi tata niaganya.
“Eksportir tidak dipungut pajak, sedangkan industri dalam negeri membeli kelapa dari petani dikenakan pajak PPh pasal 22 sehingga playing field antara eksportir dengan industri kelapa dalam negeri tidak sama,” ujarnya.
Kebutuhan konsumsi, utamanya untuk rumah tangga maupun industri kecil dan menengah (IKM) sekitar 2 miliar butir kelapa per tahun.
Kata Agus, Indonesia sebagai negara penghasil kelapa 5 besar dunia akan tetapi belum punya kebijakan tata niaga bahan baku kelapa seperti pelarangan ekspor, pungutan ekspor maupun lartas.
“Sementara negara-negara produsen kelapa lainnya seperti Filipina, India, Thailand dan Sri Lanka telah menerapkan kebijakan larangan ekspor untuk menjaga nilai tambah ekonomi kelapa, lapangan pekerjaan, dan keberlangsungan industri pengolahan kelapa,” ujarnya.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
YouTube, dan Dailymotion