Ekonomi
UMKM Kerajinan Bambu Kembali Bergairah Di Banyuwangi Usai Penggunaan Kantong Plastik Dibatasi
![Ilustrasi pengrajin bambu [liputan6]](https://www.bindo.id/wp-content/uploads/2025/06/Ilustrasi-pengrajin-bambu-dc39bab0.jpg)
Banyuwangi, Bindo.id – Kebijakan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, tentang pembatasan pemakaian kantong plastik sekali pakai berdampak positif pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kerajinan bambu di daerah itu.
Lingkungan Papring, Desa/Kecamatan Kalipuro merupakan salah satu sentra kerajinan bambu yang saat ini kembali bergairah dan merasakan manfaatnya.
“Harus diakui kebijakan pembatasan kantong plastik dari Bupati Ipuk membuat produk kerajinan bambu di kampung kami bergairah kembali,” tutur tokoh Lingkungan Papring, Widie Nurmahmudy, Selasa (3/6/2025).
Permintaan pada produk kerajinan bambu, terutama wadah anyaman bambu atau besek, mengalami peningkatan signifikan sebagai alternatif pengganti kantong plastik.
Jelang Idul Adha, besek kian diminati masyarakat sebagai wadah daging kurban.
“Sebulan menjelang Idul Adha seperti saat ini, permintaan banyak. Warga bisa membuat antara 5 ribu hingga 7 ribu besek dalam sebulan,” ujar Widie.
Kenaikan permintaan ini juga berpengaruh pada harga besek. Harga besek sebelumnya seragam walaupun ukuran yang dibuat memiliki perbedaan.
Saat ini, harga bervariasi sesuai dengan ukuran Harganya antara Rp 2.500 sampai Rp 3.000 per biji.
Salah satu perajin besek bernama Mairoh telah mengonfirmasi tingginya permintaan pasar selama sebulan terakhir. Puluhan besek bisa diselesaikannya dalam sehari.
“Sehari bisa 30 sampai 50 besek, dan itu sudah ada yang ngambil. Jadi tidak bingung menjualnya,” ujar Mairoh.
Dirinya juga bersyukur sebab tingginya permintaan besek membantu perekonomiannya. Apalagi harganya lebih tinggi untuk besek ukuran besar yang memberi keuntungan lebih.
Lingkungan Papring dikenal menjadi sentra kerajinan bambu di Banyuwangi. Papring merupakan akronim dari “panggonane pring” atau tempatnya pohon bambu.
Tahun 1960-an sampai 1990-an, mayoritas warga setempat bekerja jadi perajin bambu.
Akan tetapi, sejak tahun 2000 industri ini mulai ditinggalkan sebab permintaan pasar serta masuknya produk plastik berkurang.
“Dari sekitar 60-80 persen masyarakat perajin bambu, hanya sekitar 10 persen yang bertahan setelah itu,” tutur Widie.
Akan tetapi, kebijakan pengurangan kantong plastik serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan produk ramah lingkungan di beberapa tahun terakhir, membuat kerajinan berbahan bambu ini kembali diminati.
Setelah kerajinan berbahan bambu kembali diminati masyarakat, warga Papring mulai banyak yang kembali berkerja menjadi perajin produk berbahan bambu diantaranya besek dan gedek (dinding anyaman bambu).
“Sekarang hampir seluruh warga Papring atau sekitar 80 keluarga kembali membuat produk berbahan bambu,” ujarnya.
Para pengrajin bambu juga semakin berinovasi dengan membuat lebih banyak produk. Di kampung ini menghasilkan 20-an jenis kerajinan bambu
Selain besek, warga juga membuat tas dari bambu, dinding bambu atau gedek, capil, maupun berbagai jenis barang dari bambu lainnya.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
YouTube, dan Dailymotion