Connect with us

Info Regional

Telaga Ngebel Ponorogo Berwarna Kuning Dan Ribuan Ikan Mati, Diduga Dampak Upwelling

Published

on

Ribuan ikan mati di Telaga Ngebel Ponorogo [inews]

Ponorogo, Bindo.id – Di Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ribuan ikan nila mendadak mati, Rabu (9/7/2025).

Salah satu pembudidaya ikan di keramba bernama Hadi Santoso, mengaku mengalami kerugian sampai puluhan juta rupiah dampak terjadinya peristiwa ini.

“Tiba-tiba mati mendadak. Ikan di keramba Telaga Ngebel banyak yang mati. Kerugian bisa puluhan juta rupiah. Kejadiannya sudah beberapa hari terakhir,” katanya lewat pesan singkat, Sabtu (13/7/2025).

Hadi mengatakan ikan yang mati di kerambanya ukurannya 3 hingga 4 gram serta usianya sekitar 4 bulan.

Menurutnya penyebab kematian berasal dari gas belerang.

“Karena belerang, sudah beberapa hari ini. Ikan yang mati ukurannya sampai 4 gram atau usia sudah 4 bulan,” ujarnya.

Dwi Prasetyo yang merupakan pembudidaya ikan nila lainnya di Telaga Ngebel, juga mengaku merugi sampai puluhan juta rupiah.

Menurutnya, ikan-ikan yang mati itu semestinya sudah siap untuk dipanen.

“Jika dikalkulasi, punya saya ribuan ikan yang mati mendadak. Peternak ikan jelas merugi karena telah membeli benih, pakan, dan belum sampai panen malah mati,” ujarnya.

Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Kabupaten Ponorogo mengatakan fenomena upwelling jadi penyebab kematian ribuan ikan itu.

“Kemungkinan besar upwelling dilihat dari gejalanya,” kata Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan, dan Perikanan (PKHP) Dispertahankan Ponorogo, Siti Barokah, melalui pesan singkat.

Kata Siti Barokah, fenomena upwelling tampak dari perubahan warna air telaga yang jadi kuning atau lebih gelap dari biasanya.

Upwelling merupakan proses alami di mana air hangat dari dasar telaga naik ke permukaan. Pemicunya biasanya perubahan cuaca seperti angin kencang dan suhu udara yang ekstrem, terutama ketika pergantian musim.

“Upwelling merupakan proses pergerakan air dari lapisan bawah telaga yang suhunya lebih hangat, yang naik ke permukaan dan menyebabkan sejumlah material di bawah telaga, seperti belerang dan amonia, ikut naik ke permukaan,” katanya.

“Amonia ini adalah sisa metabolisme flora dan fauna yang ada di bawah,” lanjutnya.

Siti Barokah menegaskan tentang pentingnya pemahaman para pembudidaya tentang fenomena upwelling yang sering terjadi ketika cuaca ekstrem maupun pergantian musim.

Dirinya mengimbau supaya pembudidaya melakukan pemanenan ikan lebih awal. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar.

“Ketika ada tanda-tanda perubahan warna air telaga menjadi lebih gelap dari sebelumnya, pembudidaya bisa segera memanen ikan lebih awal untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar. Saya belum dapat info lengkap karena masih cuti,” ujarnya.

Kerugian yang dilaporkan belasan hingga puluhan juta rupiah akibat peristiwa ini.

Ikuti berita terkini dari BINDO di
YouTube, dan Dailymotion

Advertisement
Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *