News
Lebih Dari 200 Ribu Aduan Scam Yang Diterima OJK Dalam Setahun, Total Kerugian Hingga 6 T
![Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, OJK terima aduan scam lebih dari 200 ribu aduan dalam setahun [republiknews]](https://www.bindo.id/wp-content/uploads/2025/10/Friderica-Widyasari-Dewi-OJK-terima-aduan-scam-7c990e05.jpg)
Jakarta, Bindo.id – Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, mengungkapkan dalam waktu setahun pihaknya sudah menerima sebanyak 200 ribu pengaduan scam maupun penipuan.
Kata Friderica, total uang masyarakat yang hilang hingga Rp 6 triliun. Friderica menyampaikan hal itu saat Sosialisasi dan Launching Materi Perencanaan Keuangan Keluarga, Auditorium BKKBN, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Dirinya menuturkan jumlah korban dampak penipuan secara daring sangat banyak.
“Fenomena yang terjadi di masyarakat kita, dari November tahun lalu Ibu, berapa jumlah pengaduan yang sudah kita terima lebih dari 200 ribu pengaduan. Dan jumlah uang masyarakat yang hilang sudah lebih dari Rp 6 triliun,” ujar Friderica saat menyampaikan sambutannya, Selasa (14/10/2025).
Kata Friderica, mayoritas yang jadi korban yakni ibu-ibu. Menurutnya, perlu ada sosialisasi yang masif untuk meminimalisir fenomena penipuan di ranah daring tersebut.
“Ini besar sekali dan bisa menebak siapa korban terbesarnya? Ibu-ibu. Jadi ini adalah suatu gambaran yang harusnya memanggil kita semua untuk yang ada di ruangan ini, baik offline maupun online untuk bagaimana kita bisa mengedukasi keluarga-keluarga di Indonesia,” ungkapnya.
kata Friderica, ada beragam modus scam, mulai dari penipuan transaksi belanja bahkan ada pihak-pihak yang mengaku sebagai seseorang yang dikenal.
Ia mengatakan penipu seringkali melakukan penyerangan dari sisi psikologi korban.
“Ini paling marak Bu nomor 1 yang melanda ibu-ibu adalah penipuan transaksi belanja, kemudian penipuan mengaku pihak lain. Ini kaitannya dengan social engineering, bagaimana kita menggunakan psikologi seseorang untuk menggerakkan mereka. Akhirnya menjadi korban penipuan,” ujarnya
Ikuti berita terkini dari BINDO di
YouTube, dan Dailymotion