Kesehatan
Menteri P2MI Tinjau Perawat Indonesia Yang Bekerja Di Rumah Lansia Elizabeth Jepang.
![Menteri P2MI Abdul Kadir Karding berkunjung ke Rumah Lansia Elizabeth, Tokyo, Jepang [antaranews]](https://www.bindo.id/wp-content/uploads/2025/08/Menteri-P2MI-Abdul-Kadir-Karding-ke-Jepang-0cbb800a.jpg)
Jakarta, Bindo.id – Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding melakukan peninjauan secara langsung perawat asal Indonesia yang bekerja di Rumah Lansia Elizabeth, Tokyo, Jepang.
Pada kunjungan ini, Karding melihat adanya peluang penempatan tenaga kesehatan asal Indonesia di Jepang dapat semakin besar.
“Kunjungan kami ke sini dalam rangka mengetahui lebih dekat tentang bagaimana keadaan dan cara kerja di rumah sakit atau di rumah sakit seperti Elizabeth ini. Kemungkinan Indonesia akan mengirim lebih banyak perawat dari Indonesia untuk ke Jepang karena ada permintaan yang cukup besar dari pemerintah Jepang,” kata Karding, Selasa (26/8/2025).
Karding menyebutkan Jepang sedang perlu tenaga kesehatan dalam jumlah besar untuk memberikan dukungan layanan perawatan lansia dan rumah sakit.
Indonesia disebut siap untuk memenuhi permintaan itu dengan mengirim perawat kompeten yang berstandar internasional.
“Tetapi mereka harus berangkat secara prosedural, terlatih, bersertifikat, dan yang terpenting menguasai bahasa Jepang,” ujarnya pada pertemuan bersama jajaran Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Selasa (19/8).
Dirinya mengatakan perlu ada skema penempatan yang lebih adil untuk para pekerja migran Indonesia (PMI) di Jepang.
Karding menyoroti tentang praktik pengiriman PMI dengan berstatus magang, padahal kenyataannya di sana mereka bekerja penuh.
“Kalau bisa bekerja, kenapa harus magang tiga tahun? Itu bukan magang, itu kerja,” ujar Karding.
“Kita akan bicarakan dengan pemerintah Jepang untuk skema yang lebih tepat, misalnya SSW (Specified Skilled Worker) atau pola kerja lain yang resmi,” lanjutnya.
Persiapan di Dalam Negeri
Demi menjawab kebutuhan tersebut, KemenP2MI mempersiapkan sejumlah langkah. Upaya yang dilakukan yakni membuka kelas migran di sekolah dan kampus. Selain itu juga mengkonsolidasikan purna pekerja migran yang pernah bekerja di Jepang untuk jadi relawan pengajar bahasa.
Selain meningkatkan kemampuan bahasa, Karding juga menegaskan tentang perlunya penyesuaian standar sertifikasi tenaga kerja supaya sesuai dengan kebutuhan Jepang.
“Kami tidak hanya ingin mengirim PMI, tapi memastikan mereka terlindungi, terampil, dan siap bersaing,” ujar Karding.
Kata Karding, penempatan PMI ke Jepang harus dilaksanakan secara proaktif dan terkoordinasi.
Kolaborasi bersama KBRI Tokyo, pemerintah Jepang, hingga pelaku usaha dianggap bisa jadi kunci untuk memastikan pekerja migran memperoleh perlindungan yang optimal.
“Indonesia siap mengisi kebutuhan tenaga kerja di Jepang. Tapi jangan hanya dilihat sebagai angka,” ujar Karding.
“Yang terpenting, PMI harus ditempatkan secara bermartabat,” tandasnya.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
YouTube, dan Dailymotion