Teknologi
Mahasiswa Untag Gunakan Sistem IoT Untuk Tingkatkan Produktivitas Ayam Petelur di Jawa Timur
![Sistem IoT tingkatkan produktivitas ayam petelur [kilasjatim]](https://www.bindo.id/wp-content/uploads/2025/08/Sistem-IoT-Tingkatkan-Produktivitas-Ayam-Petelur-fc9b64ec.jpg)
Jakarta, Bindo.id – Inovasi Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya dengan menciptakan sistem pendingin dan penerangan berbasis Internet of Things (IoT).
Sistem berbasis IoT ini digunakan untuk mendorong peningkatan produktivitas peternakan ayam petelur yang ada di Jawa Timur.
“Ide tugas akhir ini sebenarnya terinspirasi dari program kerja kelompok saya ketika mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Mojokerto beberapa semester lalu,” ujar mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Untag Surabaya, Wahyu Enggar Jati, di Surabaya, dilansir dari kompas, Sabtu (23/08/2025).
Suhu dan Kelembapan Sangat Penting
Kata Enggar, suhu sebagai faktor penting yang berpengaruh pada produktivitas ayam petelur. Zona termonetral ayam petelur ada di suhu 25,9–29,9°C.
Apabila suhu kandang tersebut melebihi batas, ayam akan berpotensi mengalami stres termal sehingga bisa menurunkan kualitas maupun jumlah telur.
“Hal ini berdampak langsung pada pendapatan peternak, terutama mereka yang sepenuhnya bergantung pada hasil peternakan,” katanya.
Kelembapan udara yang ada di dalam kandang juga memiliki peran penting. Kelembapan yang terlalu tinggi atau rendah bisa memperparah stres termal dan juga mendorong peningkatan risiko gangguan fisiologis pada ayam.
“Oleh karena itu, menjaga keseimbangan suhu dan kelembapan di kandang menjadi prioritas utama untuk mendukung kesejahteraan ayam petelur,” ujar Enggar.
Beternak menggunakan IoT
Menghadapi tantangan itu, Enggar mengembangkan inovasi berbasis IoT yang memungkinkan untuk melakukan pemantauan secara real-time kondisi kandang.
“Dengan memanfaatkan IoT dapat memungkinkan pemantauan suhu dan kelembapan secara real-time, memberikan kemudahan bagi peternak untuk memantau kondisi kandang kapan saja dan di mana saja,” ujarnya.
Mengimplementasikan Sistem Pendingin dan Penerangan
Kata Enggar, sistem ini memakai mikrokontroler ESP32 sebagai pusat kendali dengan sejumlah sensor pendukung.
“Dengan menggunakan mikrokontroler ESP32 sebagai pusat kendali, sistem memanfaatkan beberapa sensor untuk memantau parameter lingkungan secara real-time, yaitu sensor DHT22 untuk suhu dan kelembapan, sensor TSL2561 untuk intensitas cahaya dalam satuan lux, sensor MQ-135 untuk deteksi gas amonia, serta sensor ultrasonik HC-SR04 untuk mengukur ketinggian air pada tangki air,” ungkap mahasiswa asal Magetan itu.
Metode kontrol lampu bisa dijalankan secara manual ataupun otomatis sesuai dengan kondisi kandang.
“Metode otomatis berbasis lux lebih efektif digunakan pada musim hujan, ketika seluruh kandang ditutup rapat dengan terpal untuk menjaga suhu dan kelembapan tetap stabil,” tutur calon wisudawan yang memiliki IPK 3,43 tersebut.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
YouTube, dan Dailymotion